kopi

Hari ini saya mendapat kesempatan diajak mengunjungi sebuah kluster UMKM di Kabupaten Temanggung.
Urutan kunjungan pertama ke kluster Batik Warna Alam Larasati.
Tapi tidak membuat saya antusias. Karena menurut saya, batik itu sebuah karya seni yang secara teknis maupun ide, tidak ada patokan tertentu.

Di kluster kedua, di daerah Tlahab, Kledung. Menjelang perbatasan dengan Wonosobo. Kluster ini bergerak di bidang perkopian.

Saya terkesan dengan usaha kelompok ini yang dirintis sejak tahun 2001, sebagai usaha yang semula hanya mengisi atau melengkapi usaha penanaman tembakau.

Kopi di daerah ini tidak dibudidayakan secara monoculture, tapi multiculture bersama tembakau dan cabai.
Bahkan belakangan ini hasil kopi dirasakan sangat membantu ketika tembakau harus mulai ditanam. Hasil kopi bisa menopang biaya penanaman tembakau.

Tembakau yang menjadi sumber pendapatan daerah utama Kabupaten Temanggung ini memang luar biasa nilainya bagi masyarakat setempat.
Dalam perjalanan menuju Tlahab, saya sempat melihat pabrik pengolahan awal tembakau milih sebuah perusahaan rokok terbesar di Indonesia.
Kata Ketua Fedep Kabupaten Temanggung, di saat panen tembakau seperti ini urusan selain tembakau menjadi nomer 60 dalam urutan prioritas kegiatan masyarakat Temanggung. Ini menunjukkan betapa pentingnya tembakau bagi masyarakat Temanggung.

Hal tersebut menyebabkan potensi di luar tembakau sedikit terabaikan.

Kembali ke kopi……
Tahun 2001 nilai jual kopi segar petik basah Rp.3.500,-/kg.
Harga itu begitu rendah karena penjualan dengan sistem ‘tebas’, jual menjelang panen sekitar 2 minggu sebelum biji kopi matang berwarna merah.
Saya lebih suka menyebut ini sebagai ketidaktahuan petani akan cara pengolahan biji kopi yang akan mendatangkan harga tinggi.
Para petani masih bekerja sendiri-sendiri. Menjual langsung ke tengkulak.

Hingga kemudian datang seorang penyuluh lapangan yang berusaha menghimpun mereka untuk bekerja berkelompok. PPL itu harus mendekati satu persatu petani dengan memberi contoh di lapangan dalam hal teknis penanaman, pemeliharan, pemanenan hingga penjualan kopi bukan dalam bentuk biji basah, tapi selain kering juga sudah diolah hingga menjadi biji kipi glondongan (kopi kering sangrai) dan kopi olahan (kopi beras, giling dan bubuk).

10 tahun kemudian kelompok ini benar-benar intensif mengembangkan usaha kopi tetap sebagai tanaman multiculture hingga sekarang tahun 2014 ini sudah mengekspor produk kopi bubuk hingga ke Korea Selatan.

Yang menarik dari usaha kelompok ini, mereka bekerja sudah 14 tahun tanpa bantuan dana siapa pun, termasuk pemerintah setempat.
Secara swadaya mereka mengembangkan usaha.
Meyakinkan petani lain yang belum bergabung hingga akhirnya seluruh petani di wilayah ini tidak ada yang ketinggalan berpartisipasi.

Dalam kelompok itu juga sudah ada pembagian kerja yang jelas. Siapa yang mengurusi pemeliharaan, siapa yang mengurusi pengolahan dan siapa yang mengrusi pemasaran.

Effek samping yang juga tak kalah menakjubkan, lahan tanaman kopi ini terletak di atas bukit yang sangat indah. Pemandangan 8 gunung di Jawa Tengah bisa dilihat dari lokasi tersebut.
Hal ini menjadi lahan baru bagi para pemudanya untuk membuka usaha eco-wisata dengan fasilitas yang cukup wah menurut saya.
Dengan Rp.150.000,-/orang, wisatawan bisa menikmati pemandangan indah saat matahari terbit dan terbenam, menikmati proses penyajian kopi alami, serta fasilitas penginapan a la kemah Pramuka, tetapi tenda komplit dengan mushola, toilet dan perlengkapan tidur.

Hahahahaha…..
Buat saya sayang sekali kalau semua moment indah itu hanya ditinggal tidur.

Kopi memang hebat yaa…….

Saya semakin suka pada minuman yang satu ini.
Hidup kopiiiiiiiiii…..

Categories: Belajar seumur hidup | Leave a comment

Menikmati arti ketulusan

Saya punya banyak teman dari berbagai kalangan. Mulai dari teman sekolah, teman kuliah, teman kursus, teman komunitas hingga teman ketemu di jalan. Status mereka juga beragam. Saya kurang peduli dengan status. Yang penting enak dan nyambung ketika diajak ngobrol.

Nasib saya mungkin yaa, sering dijadikan tempat curhat mereka.
Ada yang mengeluhkan soal kelakuan temannya, ada yang suka cerita keluarganya dan lain sebagainya.

Ada satu teman, selanjutnya saya sebut A yang kayaknya hobby banget ngomongin jelek tentang temannya, sebut saja si B, kebetulan teman saya juga. Saya seperti biasa cukup mendengarkan saja atau sekedar berkomentar
Masak Sih?
Oya?
Masak sampai begitu?

Kesan saya teman yang satu ini, si A sangat membenci teman saya yang satu lagi itu, si B.
Sementara saya juga tidak jauh dengan B.
Serba salah.
Makanya saya memilih nggak berkomentar panjang lebar. Takutnya suatu saat komentar saya ini akan sampai juga ke telinga B.

Suatu saat saya lihat mereka narsis di fb.
Oke, saya maklumi.
Saya lupa memperhatikan perform mereka saat itu, yang ternyata selalu kembaran baju.
Weh?
Berikutnya, kali ini saya diajak serta.
Oke, saya pun turut.
Tetap saya tanpa berpikir serius tentang mereka.
Urusan mereka lah.

Belakangan saya sibuk, jadi jarang mereka undang kalau ketemuan yang berseragam itu.
Seragam pun ganti-ganti ketika ketemuan.
Hehehehehehehe……

Ini companion jenis apa yaa?

Oke, saya lupakan itu.
Nggak penting juga kok.

Saya memilih tidak berpikir apa-apa lagi.
Cenderung malas malah.

Puncaknya mungkin hari ini.
Saya dicurhati oleh B, karena ada yang berkomentar ngawur di fb.
Saya pun dengan senang hati menampungnya, bahkan berusaha menyelesaikan, sebab komentator itu teman saya juga, sebut saja C.
Dengan si C ini saya lalu menyelidiki, siapa yang berkomentar itu. Sebab si C merasa sudah agak lama nggak buka fb.
Seharian saya dan C menelusuri sambil menghibur B.
Akhirnya masalah clear juga.
Alhamdulillah.

Tapi tau nggak siiiiiiiiihhhhhhh……
Seharian ini ternyata A dan B berpesta merayakan ulang tahun A dengan lokasi makan-makan di dekat situ. Dekat rumah saya.

Saya nggak apa-apa nggak diundang.
Tapi gondoknya itu karena saya tegang seharian, mereka enak-enakan pesta.

O la la…… Yaa Tuhan.
Saya sedih karena hari ini saya sampai tidak fokus bekerja.
Tapi saya bahagia, karena uji kesabaran ini menjadi tanda kasih-Mu untuk saya.
Semoga saya selalu dapat memelihara rasa tanpa syarat ini dalam hal berteman.
Luaskanlah mata dan hati saya dalam memandang teman-teman saya.
Tanpa kasih-Mu, saya bukan siapa-siapa di dunia perkawanan yang serba membutuhkan hati lapang.
Terima kasih, Tuhan.

Sabtu seru.

Categories: curhat | Leave a comment

Anak-anak

Saya adalah anak yang punya masa kecil yang lumayan meriah. Melalui masa-masa indah, tapi juga keras oleh disiplin orang tua yang menginginkan semua berjalan baik dari waktu ke waktu. Berbagai pengetahuan hidup saya dapatkan dari mereka. Bagaimana caranya agar saya bisa mengatasi apa yang saya hadapi, mereka ajarkan dengan penuh kasih saya dan disiplin.

Bukan saat yang mudah bagi saya melalui semua tahapan hidup hingga umur kepala empat begini. Dari mata normal saya, saya bisa melihat semua yang lewat di depan mata. Telinga saya juga mendengar banyak hal. Mulai dari yang mudah dimengerti, hingga yang sampai sekarang saya belum mengerti juga.

Orang tua saya selalu menjaga mata dan telinga kecil saya dari hal-hal yang buruk, jangan sampai terekam dalam ingatan tentang sesuatu yang buruk. Meskipun demikian disiplin tetap jadi landasan utama. Ini mungkin bekal abadi yang membuat saya sangat jarang minta tolong pada siapa pun.

Saat saya mulai tumbuh besar, apa yang saya tangkap semakin banyak. Hingga dewasa sekarang mungkin saya belum mendapatkan kelengkapan itu secara sempurna. Tapi saya bisa belajar dari apa yang saya lihat dan saya dengar.

Saya tidak menemukan apa yang saya dapatkan semasa kecil dulu pada keluarga masa kini.
Meskipun itu dilakukan oleh orang-orang terdekat saya.
Sehingga saya sering merasa gemas dengan kelakuan anak-anak sekarang.

Satu contoh kecil saja, tentang kesopanan.
Jarang saya lihat anak sekarang bicara pelan kepada orang tuanya. Malah cenderung membentak.
Tapi mungkin juga itu bukan berasal dari sifat asli anak itu, melainkan dari lingkungan. Entahlah…

Sementara itu dari sisi orang tuanya, saya semakin jarang melihat mereka membawa ke suasana berusaha keras untuk mewujudkan keinginan si anak.
Seringnya si anak berusaha bukan untuk dirinya sendiri, tapi dengan tujuan untuk mendapatkan ‘hadiah’ dari orang tua yang menjanjikannya bila bisa meraih target itu.

Saya iri pada anak-anak sekarang yang sudah penuh fasilitas terhidang di depannya. Mau ini, ada sarananya, mau itu, ada saja jalannya.

Bagaimana pun saya tetap seorang anak.

Categories: Catatan selintas | Leave a comment

Rain drop on Brahu

no thunderclap

like pearl drop on my head

nice moment to feel

 

wet on earth

wet on stones

wet in heart

 

 

 

Brahu

beauty on universe

nature between ancient land

 

my love move on you

 

Mojokerto, 6 April 2012

Categories: poems | Leave a comment

Candi Bangkal

 

 

Dari gerbang

Relief Batara

Categories: ancient stone | Leave a comment

di mana lagi?

Aku rindu suasana serba sepi ketika aku belum punya account facebook. Aku hanya menuliskan segala uneg-uneg-ku di selembar kertas atau buku catatan yang sengaja kubeli dengan alasan buku itu bagus untuk menyimpan semua catatan.

Buku-buku itu sekarang kosong. Aku malas mengisinya. Biar pun itu hanya sebuah catatan yang tidak begitu penting.

Ketika aku mulai asyik dengan facebook, apa pun kutulis di sana, entah di wall, catatan atau sekedar coretan di blog-ku sendiri.
Tidak ada rahasia yang kusembunyikan di sana. Semua orang bisa membacanya tanpa perlu permit dariku.

Terlalu gamblang kesannya di mata semua temanku. Untungnya tidak banyak yang suka membuka blog-ku ini. Mungkin karena memang tidak menarik untuk dibaca. Maklum, aku belum bisa membuat tampilan menarik untuk catatanku di sini.

Adakah yang terganggu dengan keadaanku ini? Yang sampai sekarang masih menyendiri, asyik dengan diriku sendiri.
Kenapa jadi suka ada yang ribut dengan statusku ini?
Bukannya aku tidak sendirian?
Masih banyak kan di luar sana yang punya keadaan sama denganku?

Kalau keadaanku masih seperti ini, bukan salah mereka. Bukan salahku juga. Artinya aku tidak mau menyalahkan diri sendiri. Bagaimana pun ini bukan mutlak kesalahanku. Ada banyak alasan dengan apa yang terjadi padaku.
Tidak perlu ada yang merasa kerepotan. Aku terbiasa sendiri.

Tapi di saat aku menginginkan bersama orang yang kuinginkan, itu jadi hal sulit. Bukan perkara mudah, dan rasanya hampir semua orang tidak setuju dengan keinginanku. Mereka lebih mendukung orang lain. Salahkah aku?

Aku juga manusia normal. Di suatu saat aku ingin berlindung, dilindungi dan diperhatikan.
Kenapa orang lain menghalangi keinginanku? Malah merebut kesempatanku dengan mendukung orang lain.

Rasanya mereka memang tidak pernah adil. Sedikit pun tidak menengok keinginanku.
Kenapa?
Aku tidak cantik, tidak bening, tidak menarik dan sudah tidak muda lagi.
Begitu yaa?

Sungguh tidak adil mereka itu memperlakukan aku.
Memaksaku mengikuti jalan pikiran mereka, tanpa sedikitpun memberiku kesempatan.

Sering mereka yang mengaku berasal dari masa laluku memaksaku untuk mengingat banyak hal yang memang tidak ingin kuingat lagi selamanya.
Sengaja kulupakan hingga benar-benar lupa. Sebab itu bukan kenangan manis.
Jangankan manis, mencoba mengingatnya pun aku merasa tidak penting untuk dilakukan.
Yaa, untuk apa hal itu diingat kalau akibatnya menyakiti diri sendiri.

Kemudian kusadari sebuah kesalahan, membuka diri untuk dimasuki orang-orang dari masa lalu. Itulah satu-satunya kesalahanku. Menguak cerita lama yang sebenarnya sangat ingin kulupakan.

Melupakan…..
Yaa, itu yang hampir berhasil kulakukan. Hampir sembilan puluh persen aku bisa.
Tapi itu justru yang ingin kugenapkan.

Di mana lagi aku harus menuliskan catatanku?

Rasanya aku tidak terlalu peduli lagi, akan dibaca siapa pun catatanku. Sebab kalau aku curahkan kepada orang lain yang kupercaya sekali pun, bukan jaminan keamanan atau kerahasiaannya.

Aku tidak peduli.
Tapi jangan lagi campuri urusan pribadiku.
Aku…..
Beginilah aku.
Masih sendiri. Biarkan saja.

*24032012*

Categories: Uncategorized | Leave a comment

Ketika aku jatuh cinta lagi….

Selogriyo yang tidak sunyi itu mungkin saksi bisu jatuhnya cintaku. Tidak seperti yang kuharapkan akan kesunyiannya. Harapan menjadi tempat penting yang syahdu.

Ah, kenapa aku jadi sakit mengenang peristiwa itu?
Sakit perasaanku menyebabkan rembesan ke badanku yang sebenarnya. Badanku tidak pernah sesehat dulu lagi.

Segitu dahsyatnya effek jatuh cinta?

Entahlah.
Aku sendiri tidak mau menjalani hidup seperti ini. Apa yang kudapat memang ‘belum’ sesuai harapan. Aku tidak tau apakah dia tau perasaanku ini.

Kusadari, siapa aku di antara mereka yang sudah lebih dulu dekat dengannya. Apalah artinya aku? Tidak penting mungkin.
Lagipula aku terlalu tua untuk jatuh cinta padanya.

Kalau pun beberapa hari ini aku nekad blak-blakan dengan beberapa teman, itu sekedar ingin mengurangi beban otak dan perasaanku.

Sedih sekali mengingat rasa ini.
Meskipun ketika perasaan ini muncul, sudah juga kusiapkan rasa yang lain, ikhlas seandainya dia sudah jadi milik orang lain.

Jatuh cinta….
Kadang terasa bodohnya aku dengan anugrah ini. Meskipun aku tetap bersyukur, Tuhan masih melimpahkan karunia ini untukku.

Aku mungkin terlalu naif, rendah diri atau apa.
Tapi kenapa justru keberanian dan percaya diri yang kutunjukkan padanya?
Di sinilah kutau kekuatan cinta itu.
Di satu sisi memberiku semangat, di sisi yang lain meluluhlantakkan hatiku sendiri yang berimbas pada melemahkan ketahanan badanku.

Ketika badanku sakit begini terasa sekali siksaan batin itu.
Mengingat aku bukan lagi gadis muda yang kuat menampung segala beban di pundak sendirian.

Aku menyadari kemungkinan patah hati itu pasti ada. Karena jamak akan hal itu.

Aku bukan tipe perempuan atraktif yang bisa menunjukkan perasaanku secara frontal. Aku butuh teman yang kupercaya untuk menyampaikan perasaan ini padanya.

Ada banyak perasaan takut yang menemani perasaan cintaku.
Takut dia sudah jadi milik perempuan lain.
Takut dia tidak menyukaiku sama sekali.
Takut di matanya aku bagai hantu pengganggu.
Ketakutan yang justru menjadi hantu buatku sendiri.

Jika saja aku mampu memberikan bisikan gaib ke telinganya, ingin kusampaikan rasa itu.
Jika saja aku punya hal istimewa yang bisa dilihatnya, ingin kutunjukkan itu padanya.
Agar dia tau perasaanku yang sebenarnya.

Sayangnya, aku tidak punya apa-apa. Cuma badan rapuh dan tidak sempurna ini yang kupunya.

Kebersamaan kecil-kecil dalam beberapa pertemuan kita, tetap kusimpan sebagai kenangan indah yang tidak mungkin kulupakan selamanya.

Jika perasaanku ini bertepuk sebelah tangan, akan kusiapkan hati yang selapang-lapangnya untuk menerimanya.
Naif juga mungkin kalau kukatakan, aku akan ikut berbahagia jika dia berbahagia meskipun tidak bersamaku.

Satu doaku pada-Nya.
Jika ada Ijin-Nya, satukan kami.
Jika tidak ada ijinnya, hanya Dia yang Maha Tau sebabnya.
Berikan aku keikhlasan yang setulus-tulusnya, Yaa Allah.
Hanya Engkau tempatku mengadukan kejujuranku.

Categories: Uncategorized | Leave a comment

Bijak dalam Perbedaan

by Suci Pri Hatiningsih on Thursday, February 16, 2012 at 8:19am ยท

Dari semula Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sama. Bahkan manusia kembar identik pun pasti ada perbedaannya, biar pun hanya sedikit yang bisa kita lihat.

Lihatlah planet-planet yang diciptakan-Nya di jagad raya ini. Adakah kesamaan pada masing-masing bola planet itu?
Itu contoh besar yang mungkin terlalu mencolok untuk kita diskusikan bedanya.

Itu contoh yang terlalu besar.
Hal kecil saja, seandainya mata pencaharian semua manusia si bumi ini sama, apa yang akan terjadi?
Jika semua bertani, siapa yang akan membuat baju, siapa yang akan memelihara hewan, siapa yang akan menjalankan transportasi?

Perbedaan pada ciptaan-Nya adalah hal yang hakiki, sepenuhnya menjadi hak mutlak Tuhan untuk menentukannya.
Mungkin untuk terbentuknya sebuah harmoni, keselarasan dan keseimbangan yang mempercantik semua sudut ciptaan-Nya yang Maha Luas dan Maha Sempurna. Semua itu sekali lagi mutlak milik-Nya.

Manusia hanya berhak bersyukur dilimpahi semua nikmat pemberian-Nya. Pembahasan tentang perbedaan tidak pernah ada habisnya. Dalam perbedaan kita menemukan hal yang mungkin tidak kita temukan di diri kita sendiri. Dalam perbedaan kita punya sisi yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain. Dalam perbedaan kita juga menemukan penyempurna kekurangan kita.
Haruskah kita ingkari perbedaan itu?

Hati seseorang hanya Tuhan yang tahu isinya. Kepala orang hanya Tuhan yang tahu isinya. Jantung orang, dokter bisa salah menghitung detaknya, tapi Tuhan Maka Mengetahui.

Mari kita tengok ke dalam diri kita sendiri. Sudahkah kita memberi nutrisi untuk hati, otak dan jantung kita dengan benar?
Sudahkah kita menyiraminya dengan air segar kehidupan untuk mereka dengan benar?
Tanpa mereka kita bukan lagi disebut manusia yang hidup sempurna.

Pasti jawabnya belum.
Karena SEMPURNA itu mutlak milik-Nya.

Perbedaan sisi mana pun, mari kita sikapi dengan hati lapang.
Siapa pun yang suka membahas perbedaan secara radikal di luar dirinya sendiri, lihatlah diri sendiri.
Sudah sempurnakah anda sebagai manusia?
Sudah sempurnakah anda menjalankan amanah menjadi khalifah-Nya di dunia ini?
Janganlah kita mengklaim diri sebagai khalifah-Nya yang paling sempurna, sebab kita memerlukan orang lain untuk menyempurnakan ke-khalifah-an itu.

Kesempurnaan hanya milik-Nya, manusia adalah tempat ketidaksempurnaan.
Percayalah…..
Kesempurnaan yang sempurna hanya akan tercapai jika ada keselarasan dan keseimbangan antara semua ciptaan-Nya yang selalu mensyukuri dan menghormati hak hidup makhluk lain.
Semua itu kita kembalikan kepada Sang Pencipta,
Waallahu Alaam…

Categories: Uncategorized | Leave a comment

~Keblasuk di Bol Brutu~

Sekitar bulan Agustus 2010, kutau nama itu di akun facebook temanku, mas Kris Budiman. Semula kulihat sekilas saja.
Kadang kutanya kepada mas Kris, foto apa itu? Kok seperti batu candi?
Mas Kris menjawab singkat, ini dari situs Candi X, misalnya.

Dari foto-fotonya mas Kris, sering ada tag untuk nama yang agak aneh di mataku, Cuk Riomandha. Kubuka profilenya yang memang terbuka lebar, selebar penampilan fisik orangnya.
Wow, dokumentasi foto perjalanannya lebih gila dari yang kuduga.
Entah siapa yang duluan request, kami pun tersambung dalam pertemanan. Berikutnya sudah bisa diduga, tag foto perjalanannya juga bermunculan di wall-ku dari mas Cuk Riomandha.

Menjadi sangat menarik buatku, foto-foto mereka bersama teman-teman, sangat ng-arkeologi banget. Diskusi mereka dalam komentar-komentar pun buatku unik dan sangat ngawur sekali. Tapi lebih sering membuatku sakit perut karena tertawa sendiri. Sebab analisa ngawur dari mereka memperlihatkan kecerdasan mereka yang tersembunyi di balik komentar-komentar yang spontan dan memancing sense of humor siapa pun yang membacanya.

Apa itu Bol Brutu?
Tanyaku pada mas Kris.

Jawabannya tidak ada selain kemudian namaku sudah tercantum dalam keanggotaan grup itu di bulan September 2010.
Mulailah kubuka semua yang bisa kubuka di grup itu.

Waah, ini seperti wadah yang kuinginkan selama ini.
Sebagai ‘desertir’ Arkeologi yang tersingkir dari delapan kali kompetisi penelusuran Pegawai Negeri Direktorat Jendral Kebudayaan, rasanya asyik banget jika bisa eksis mengikuti kegiatan Bol Brutu. Mengingatkan ku pada kegiatan sepulang kuliah dulu bersama kakak-kakak tingkat yang mengantarkan kami ke situs-situs purbakala.

Tidak perlu kubahas apa itu Bol Brutu dan apa isinya. Sudah banyak teman yang menguraikan apa itu Bol Brutu dalam tulisan mereka. Yang penting aku diterima dulu di situ.
Jika di grup lain ada basa-basi penyambutan ketika ada anggota yang baru masuk, atau kulanuwun ketika masuk, di grup ini tidak ada ritual semacam itu.
Tidak ada Opspek atau gojlogan apa pun.

Kutemukan banyak hal unik di Bol Brutu, di antaranya berbagai disiplin ilmu dan sektor pekerjaan dari para anggotanya.
Semuanya manusia pintar yang sepertinya membutuhkan hal ringan untuk melepas kepenatan dan kejenuhan rutinitas kerja dengan berburu batu masa lalu. Memotretnya untuk yang suka dan punya kamera, lalu mengunggahnya di dinding Facebook masing-masing, jika mau.
Jika mau?
Yaa, sebab banyak juga fotografer di Bol Brutu yang jarang atau bahkan tidak pernah menggunggah hasil fotonya di dinding Facebooknya.
Itu aku tidak tau alasannya. Biarkan saja lah.

Bulan Oktober 2010, Bol Brutu milad yang pertama. Sayangnya aku tidak bisa menghadirinya, karena posisi masih di Bandung. Kuikuti event ulang tahun itu dari foto-foto mereka saja.

Beberapa bulan menjadi bagian dari Bol Brutu, makin menarik minatku untuk tiap hari selalu update info mereka.
Ternyata sudah sekian banyak situs yang mereka kunjungi dan semuanya seperti menyentilku.
Kok aku yang berlatar belakang pendidikan Arkeologi nggak tau apa-apa yaa?
Sehingga aku masih diam kalau tidak ditag foto dari mas Kris atau mas Cuk.

Hal unik lain pun muncul di benakku, kubuka satu persatu profile anggotanya. Yaa, Tuhan, mereka itu ayu-ayu dan bagus-bagus. Tapi kok nafsu banget yaa kalau sudah lihat batu purba?
Itu kusimpulkan dari hasil foto-foto mereka yang di-post di grup maupun yang di-share di dinding mereka, karena rata-rata mereka tidak mengunci ‘rumah’ mereka, sehingga aku yang belum berteman dengan mereka bisa membukanya.

Masya Allah……
Arkeolog saja nggak sampai segitunya mengamati batu masa lampau.
Para Brutu justru sangat memperhatikan detil yang ada di batu-batu itu. Bahkan sampai ke hal-hal yang mungkin tidak menjadi perhatian para Arkeolog.

Menjelang milad kedua, baru aku sempat bergabung secara langsung dengan mereka di Candi Ngawen. Kumanfaatkan untuk memotret dan sedikit membuat sketsa yang sangat jauh dari sempurna. Karena kuakui aku masih canggung berada di antara para Brutu itu. Meskipun ada Mas Kris yang sejak lama sudah kukenal.

Di situ aku bertemu langsung dengan mbak Ninuk Retno Raras dan Boen Mada yang sudah tersambung berteman sebelumnya. Juga dengan mbak Dyah Merta dan mbak Feintje Likawati. Dan tentunya mas Kris Budiman.

Hingga milad Bol Brutu yang kedua pun aku belum punya kepercayaan diri untuk menampilkan fotoku maupun menulis di dinding grup. Baru pada tahap berkomentar sedikit serius, jika memang bisa kukomentari. Takut komentarku terlalu nyambung atau nggak lucu.

Milad kedua yang direncanakan di Candi Selogriyo Magelang, tentu saja kusambut dengan antusias untuk mengikutinya.
Aku mulai merasa nyaman karena sudah banyak anggotanya yang kukenal, meskipun baru melalui dunia maya.

Kepercayaan diriku sudah kembali, nuraniku terhadap benda purba pun semakin menemukan tempatnya.
Aku kembali ke masa di mana aku mendapatkan tempat layak untuk mencurahkan perhatian yang cuma sedikit ini pada hal-hal menarik dari masa lampau.

Hati nuraniku ternyata tetap tersimpan di bebatuan.
Terima kasih, Bol Brutu….
Kau telah berhasil membuatku ‘keblasuk’ lagi ke dalam masa yang menyenangkan itu.

Categories: Uncategorized | Leave a comment

Etalaseku bulan ini……

Oriflame Sweden

Oriflame Sweden

Categories: Uncategorized | Leave a comment

Blog at WordPress.com.